Monday 18 July 2016

My Acne Journal: Berobat di dr Yohanes Widodo, SpKK

Hai..

Melanjutkan post selanjutnya, di post ini aku akan sharing pengalamanku berobat di dokter Widodo sedetail mungkin. Siapa tahu bermanfaat buat kalian yang ingin berobat dengan beliau.

Dokter Widodo ini adalah salah satu dokter kulit senior dan sudah terkenal dari dulu, bahkan dari jaman mama muda dulu. Setahu aku beliau praktek di RS Sardjito, RS Panti Rapih dan membuka tempat praktik di Apotek Panji yang beralamat Jalan Kolonel Sugiyono, dekat Museum Perjuangan, kanan jalan kalau dari arah jalan Taman Siswa.

Aku sendiri memilih datang untuk ke tempat prakteknya yang berada di Apotek Panji. Berbekal nekat, untuk pertama kalinya aku kesana jam 3 sore. Sampai disana ternyata nomor antrian sudah penuh, setiap harinya beliau hanya melayani 32 pasien saja dengan jam praktek pukul 19.30-selesai. Mbak penjaga bilang aku harus datang lagi keesokan paginya pukul setengah delapan karena pendaftaran dibuka pukul delapan pagi.

Keesokan paginya aku sampai di TKP setengah 8 tepat dan sudah baaanyak sekali pasien yang mengantri. Sampai jam 8 tepat, folding gate dibuka lalu aku buru-buru ikut masuk ke apotek. Tiba-tiba seorang ibu-ibu tanya ke aku "Mbak baru sekali datang ya? Udah daftar ke masnya?" sambil menunjuk ke bapak-bapak baju hitam. "Belum bu, harus ke bapaknya dulu ya?". "Harus mbak, soalnya sebelum dicatet ke buku pendaftaran mbak harus tulis nama ke masnya dulu..". Jegleerrr, jadi aku nungguin lama-lama ternyata sia-sia sudah. Hiks..

Foto sehari sebelum berobat di dokter Widodo, serem ya :(


Untuk kedatangan yang ketiga aku bertekad untuk berangkat lebih pagi, setelah sholat subuh langsung ke dokter Widodo pokoknya. Tapiii kenyataannya setelah sholat subuh aku malah gelundungan di kamar, cek stock warung yang habis, cek email, dusel mama, dan gak kerasa sudah jam 6! Tanpa pikir panjang (dan gak mandi, hehe) aku langsung berangkat, untung hanya 10-15 menit perjalanan dari rumah. Sesampainya disana ternyata baru ada satu orang dan bapak pencatat calon pasien. Ciri-ciri bapak ini rambutnya gondrong, dicepol, pakai jaket jeans, dan bawa-bawa pulpen kertas untuk mencatat calon-calon pasien. Kalau bingung, bisa tanya ke tukang parkir. Kalau ditanya bisa gak titip nomor antrian ke bapaknya? Hmmm aku kurang tahu kalau untuk itu. Sebenarnya pendaftaran bisa via telepon, tapi kamu harus berkali-kali supaya telepon bisa diangkat dan dicatat namanya..itu pun kalau beruntung karena saking banyaknya.

Saat aku mencatatkan namaku, aku mendapatkan nomor urut 10. Setelah aku lihat lagi ternyata nomor urut 1-7 disisihkan untuk pasien balita dan lansia. Walaupun nomor urutku 10, belum tentu nomor urut tersebut adalah nomor periksaku karena aku harus menunggu sampai pukul 8 untuk menuliskan namaku di buku pendaftaran. Sebetulnya setelah menuliskan nama ke bapak tersebut, kita bisa kok tinggal sebentar lalu datang lagi jam setengah 8. Tetapi aku memilih untuk tunggu saja. Ribet? Eits gak boleh manja ya, demi loh demi kulit sembuh dan kembali mulus. Akhirnya jam 8 tepat folding gate Apotek dibuka dan bapak tadi langsung ke depan untuk ambil buku daftar pasien. Nama pasien dipanggil satu persatu untuk menuliskan namanya lagi ke buku tersebut. Alhamdulillah dapat nomor antrian juga dengan nomor urut 11. Menurut bapak tukang parkir aku harus datang pukul 8 malam. Baiklah!

Nah malamnya aku datang pukul 8 kurang dan ternyata dokter belum juga datang. Kata ibu yang menjaga buku pendaftaran nomor antrianku bakal dipanggil sekitar pukul 9. Yasudah aku melipir dulu beli buah sebentar sambil mengulur waktu. Aku datang lagi pukul setengah 9 kurang dan antrian baru jalan 2 nomor. Kalau kata salah satu pasien nomor akan dipanggil secara selang seling dengan pasien anak dan lansia. Sounds unfair but it makes sense, yakali kan anak kecil atau lansia berobat jam 11 keatas..kasian toh? FYI, pasien disini beragam umur dan keluhan mengenai kulit; bukan hanya pasien yang berjerawat saja.

Namaku baru dipanggil pukul 10, sambil menahan ngantuk aku masuk ke ruang praktek. "Gimana nduk, apa keluhannya?", tanya beliau. Aku ceritakan keluhanku, berapa lama aku berjerawat, produk apa saja yang dipakai selama ini. Lalu beliau mengambil senter besar (beneran besar!) sambil mengecek kondisi kulit wajahku. Beliau manggut-manggut lalu menuliskan point-point riwayat jerawatku.


Beliau bilang aku harus menghentikan pemakaian toner, pelembab, milk cleanser, dan bedak padatku, facial washku masih boleh dipakai pagi hari tetapi sore hari atau setelah beraktivitas aku dianjurkan untuk menggunakan sabun batangan Lux putih. Yap, sabun mandi batangan Lux putih. Aku enggak sempat bertanya kenapa harus sabun Lux, tetapi kalau aku lihat ingredient sabun Lux batangan ini memang gak terlalu banyak dan seaneh sabun-sabun kebanyakan. 


Selain itu, beliau menyarankan aku untuk setiap sore keramas, tidur lebih dari 8 jam, enggak ada pantangan makanan, kalau naik motor tidak boleh pakai masker, helm harus dicuci, kaca helm sebaiknya diganti kalau sudah baret. Kenapa harus ganti kaca helm? Supaya penglihatan bening dan kaca tidak dinaikkan ketika berkendara. Intinya sih gak boleh buka kaca helm supaya debu-debu tidak menempel ke muka.


Kata beliau jerawat meradang ini akibat salah perawatan (chemical peeling), skincare yang terdahulu dan agak terlambat ditangani oleh ahlinya. Hiks, kali ini aku manut dok..kalau ada apa-apa aku langsung ke dokter kok :"(


Beliau memberikan resep berupa krim totol jerawat dipakai sebelum tidur dan obat antibiotik untuk 6 hari yang harus diminum sehari sekali setelah makan. Total biaya yang aku keluarkan yaitu Rp 323.000,- dengan rincian Rp 100.000,- untuk biaya pendaftaran dan konsultasi dan Rp 123.000,- untuk krim totol jerawat dan obat antibiotik Minocycline 100 mg. Jauh lebih murah dibandingkan perawatan jerawat sebelumnya..sebal!


Saat blog ini di tulis, pengobatan sudah berjalan 5 hari. Awalnya aku agak ragu dengan sabun Lux batangan, namun ternyata enggak bikin kering atau breakout loh. Dan selama 5 hari ini alhamdulillah ada perkembangan, walaupun belum jerawat belum hilang sepenuhnya tetapi satu persatu jerawat mulai kempes bahkan hilang. Setelah 2 minggu nanti aku akan update perkembangannya, semoga sudah bebas dari jerawat dan peernya tinggal menghilangkan noda jerawat.


Yang sudah pernah berobat di dokter Widodo share cerita kalian di comment ya. Semoga post kali ini membantu kalian yang ingin berobat dengan dokter Widodo. Sampai bertemu di post selanjutnya!

SEMANGAT!




P.S: PERHATIAN, aku tidak menyarankan kalian untuk menggunakan produk-produk yang aku gunakan tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan dokter karena kondisi kulit setiap orang berbeda-beda. 

My Acne Journal : Awal Berjerawat

Holla..

Untuk post kali ini bukan mengenai resep atau kuliner seperti biasa, kali ini aku mau berbagi pengalamanku berobad di dokter spesialis kulit yang tersohor di Jogja, dr. Yohanes Widodo, Sp.KK. Sebelum bercerita tentang pengalamanku berobat dengan beliau, aku akan cerita dulu bagaimana aku bisa berjerawat dan langkah apa saja yang sudah aku coba sebelum ke dokter Widodo. Sebelumnya aku minta maaf untuk post ini tidak mencantumkan foto kondisi kulitku sebelum berobat ke dokter Widodo karena selama berjerawat aku tidak pernah selfie karena tidak pede, even memakai camera 360.

Pada dasarnya kulit mukaku jarang sekali berjerawat, mungkin sesekali sebelum menstruasi, stress, atau setelah pakai heavy make up tapi lupa gak triple cleansing; itu pun hanya ada satu atau dua jerawat yang keluar. Nah tepatnya awal tahun lalu aku ke Jakarta dan baru ingat kalau skin care aku habis semua, akhirnya sampai di apartemen aku membeli sabun muka sembarang di Century. Kalau tanya merk apa, pokoknya merk untuk remaja deh. Baru dua kali pemakaian ternyata gak cocok buat mukaku, mukaku langsung gatal dan keluar jerawat kecil-kecil dan banyak. Sesampai di jogja aku gak langsung ke dokter estetika langgananku, aku malah meneruskan sabun muka yg aku beli di jakarta dengan merk berbeda. Dan aku baru ke dokter langgananku seminggu kemudian. Haa!

Di dokter langgananku ini aku disarankan untuk chemical peeling, aku sih pasrah aja yang penting jerawatku hilang deh. Padahal aku sebenarnya anti loh yang namanya chemical peeling karena kulitku termasuk sensitif, tapi kan ini saran dari ahlinya toh. Selain peeling, aku juga harus mengganti hampir semua produk. Hiks..

Setelah peeling memang muka berasa lebih halus, tapi jerawat masih ada. Beberapa hari setelah peeling jerawat mulai keluar lagi dan lumayan besar-besar, bahkan butiran scrub yang ada di facial wash-ku bisa nyangkut-nyangkut di pori-pori. Oke, akhirnya aku kembali ke dokter langgananku untuk menanyakan kondisi mukaku. Dokter kembali mengganti krim pagiku dan facial wash, lalu menambahkan obat totol jerawat di prescription-ku. Singkat cerita selama pemakaian kulit mukaku jadi kering banget, beberapa spot seperti pipi dan dagu mengelupas, dan sudut bibir rasanya perih banget. Aku merasa ada yang gak beres dengan krim kali ini jadi aku stop pemakaian krim dan aku masih pakai facial washnya karena masih cocok di mukaku.

Aku coba searching produk yang bagus untuk kulit berjerawat, tanya sana-sini, buka youtube, dan akhirnya aku bertemu dengan produk Tea Tree product dari The Body Shop karena banyak sekali yang cocok dengan produk ini dan ampuh untuk menghilangkan jerawat. Produk TBS yang aku pakai facial wash, toner, facial scrub, dan clay mask tea tree, dan seaweed moisturizer. Lainnya sih aku pakai Laneige Water Bank Essence (sudah lama aku pakai) dan acne lotion dari Larissa. Jerawat sih sudah agak sopan, gak sebanyak sebelumnya, tapi masih muncul hilang kayak harapan mantan (loh?!). Kadang masih terasa gatal kalau terkena sinar matahari terlalu lama, even di mobil. Sempat aku nangis-nangis minta pulang karena mukaku merah dan gatal-gatal karena waktu itu sinar matahari di Jogja sedang terik-teriknya. Yap, se-enggak enak itu kalau punya kulit sensitif dan berjerawat.

Aku masih mencoba bertahan sampai akhirnya menjelang Lebaran kemarin aku ke pasar dekat rumah dan penjual-penjual langgananku bilang, "kok jerawatan mbak sekarang?". Tidak sampai di situ saja, di acara bukber SMA aku juga mendapatkan komentar yang sama. Pokoknya pertanyaan tentang jerawatku ini sering banget aku dapat sampai saat ini. Karena aku merasa gak tahan dan keperecayaandiriku makin hilang, akhirnya aku memutuskan untuk wajib berobat ke dokter kulit.

Sahabatku, Gilang, adalah salah satu orang yang sering aku tanya-tanyai mengenai jerawat. Dia mengusulkan aku untuk ke dokter kulit Etnawati yang berhasil menyembuhkan kulit berjerawatnya. Kata Gilang, aku harus datang jam setengah tujuh pagi untuk ambil nomor antrian dan nomor antrian baru bisa diambil jam 9 pagi. FYI, tempat praktek dokter Etna berada di jalan Bumijo. Oh ya, sebelumnya aku berencana untuk ke dokter Kun yang katanya pakarnya kulit berjerawat di Jakarta pada bulan Agustus, tetapi aku sudah tidak sabar pengen cepat-cepat sembuh dari jerawat yah aku urungkan niat untuk ke dokter Kun.

Sebelum aku ke dokter Etna, aku sempatkan untuk browsing dokter-dokter spesialis kulit yang recomended di Jogja. Lalu mataku tertuju ke dokter Yohanes Widodo, dokter kulit senior yang sudah terkenal dari dulu. Tanpa pikir panjang aku langsung ke tempat praktek dokter Widodo. Entah kenapa waktu itu aku mantap sekali untuk berobat kesana dibandingkan ke dokter Etna. Apakah ini jodoh? *tsaah

Nah begitu cerita pengalamanku tentang jerawat, saat post ini ditulis aku sudah 4 hari berobat di dokter Widodo dan sejauh ini sudah terlihat perubahannya. Untuk post selanjutnya aku akan berbagi pengalamanku bisa berobat dengan beliau dan berapa biaya yang aku keluarkan.


See you on my next post!