Thursday, 8 August 2019

Liburan Dadakan di Kebumen

Hai!

Setelah minggu lalu jalan-jalan ke Purwokerto, hari Jumat kemarin kami liburan dadakan ke Kebumen. Sebenarnya sih ini ide mas Yudha dari sebelum puasa tapi baru kesampaian sekarang. Setelah cek persediaan untuk warung aman, Jumat sore kami berangkat ke Kebumen; kali ini pakai mobil karena jaraknya gak terlalu jauh.

Kebumen adalah tanah kelahiran mama, makanya kami sangat akrab sama daerah ini. Perjalanan Jogja-Kebumen ditempuh dengan waktu 2,5 jam. Kami lewat jalur utara karena kami rasa ini jalur paling nyaman buat kami dibanding lewat jalur selatan. Dan jalur ini melewati bandara Jogja yang baru, belum selesai pembangunannya tapi lumayan besar juga. Niatnya sih pengen foto di depannya, tapi karena terlalu berdebu jadi mungkin lain kali aja deh.

Ada cerita yang bikin deg-degan saat di perjalanan. Saat kami berhenti sebentar di SPBU sebelum masuk daerah Ambal, kami dapat sinyal dan masuklah kabar-kabar kalau baru saja terjadi gempa di Jakarta dengan kekutan yang luamayan besar. Lalu menyusul kabar kalau gempa juga di rasakan di wilayah Jogja. Wah, panik dong karena selain kami sedang jauh dari rumah, kami juga kepikiran gempa yang terjadi sebesar apa kok bisa sampai Jogja. Langsung aku cek di twitter BMKG dan ternyata sumber gempa di Jogja beda dengan yang ada di Jakarta. Alhamdulillah.

Dulu biasanya kami mampir makan sate ambal di Ambal tapi kali itu kami memutuskan gak mampir karena terakhir kali makan rasanya sudah gak cocok di lidah kami, terlalu manis. Kami lebih pengen makan sate blug-blug di Alun-alun Kebumen. FYI, sate blug-blug sebenarnya adalah sate ambal yang dijual di Alun-alun Kebumen, istilah bikinan keluarga besar kami. Dinamai sate blug-blug karena tiap tukang sate "ngipasin" sate ada bunyi "blug blug blug". Sebutan ini udah turun temurun dari eyangku, btw :))



Sesampainya di Kebumen kami langsung ke Alun-alun Kebumen untuk menikmat sate blug-blug idaman kami, tempatnya ada di pojokan sebrang kantor Telkomsel. Sate blug-blug ini beda sama sate Ambal, dagingnya gak semanis sate ambal, bumbunya pun beda bukan dari tempe, dan cita rasanya juga gak semanis sate ambal. Lebih gurih dan ada rasa yang beda. Kayaknya sih bumbu kacangnya pakai kacang sangrai bukan kacang yang digoreng, soalnya ada rasa smokey gitu. Selain sate blug-blug, ada banyak penjual yang menjajakan berbagai macam jajanan dan juga ada hiburan seperti sepeda odong-odong dengan lagu dangdut koplonya, istana bermain anak-anak, dan lainnya.

Setelah kenyang, kami pulang ke rumah keluarga mama untuk istirahat, tempatnya dekat banget dengan Alun-alun. Seperti biasa tiap ke rumah Kebumen selalu begadang ngobrol sama sepupu yang tinggal disana, ditambah lagi video call sama budhe-budhe. Ya makin pagi lah kami begadangnya, haha..



Salah satu menara Masjid Agung Kepatihan Kebumen

Paginya aku udah niat banget buat berburu serabi di Alun-alun. Karena jaraknya yang gak terlalu jauh, aku dan mama memutuskan untuk jalan kaki aja sambil menikmati udara pagi Kebumen yang pagi itu dingin sekali. Walau pun masih pagi, alun-alun sudah ramai penjual sarapan. Wah Kebumen sekarang udah rame banget dibanding dulu.



Serabi langgananku sebenarnya ada dekat rumah, tapi karena udah gak seenak dulu jadi langgananku yang sekarang tempatnya ada di pojokan dekat SMA 1 Kebumen. Bikinnya masih tradisional, masih pakai tungku dan kayu bakar. Cetakannya pun masih pakai tembikar. Serabi ini terbuat dari tepung beras dan santan, rasanya gurih, teksturnya kenyal, dan sedikit smokey. Ada dua rasa yang ditawarkan, pakai gula jawa atau tanpa gula jawa. Paling enak disantap waktu masih hangat, kalau sudah dingin juga masih enak kok.



Nah ini bintangnya, yang kami nanti-nanti tiap ke Kebumen, sarapan Sego Penggel! Sajian ini berisi nasi yang dibulatkan, sayur lodeh nangka muda, dan aneka jerohan, daging, tahu, dan tempe yang dimasak terik. Walaupun semuanya bersantan, tapi berasa enek. Dan jerohannya gak ada bau sama sekali loh. Aduh pokoknya cobain ya kalau ke Kebumen. Lokasinya ada di pinggir jalan Sokka, gak terlalu jauh dari alun-alun kebumen. Sego penggel ini hanya di jual pagi hari dan biasanya sebelum jam delapan sudah habis. Selain di jalan raya Sokka, di alun-alun pun juga ada yang berjualan Sego Penggel.

Setelah ngobrol sebentar dan ketemu sama beberapa saudara jauh, jam 11 kami pamit untuk balik Jogja. Tapi sebelum kami pergi, tentu saja kami mampir dulu ke pusat oleh-oleh depan  Rita. Sebenarnya yang pengen beli oleh-oleh aku sih soalnya aku kangen banget ngemil lanting sama jipang kacang, oh sekalian stok kecap Tjap Kentjana.

Kecap Tjap Kencana nih kecap kesukaanku, dan keluargaku tentunya. Kecap ini rasanya beda dengan kecap-kecap yang dijual di pasaran. Rasanya gurih, manis gula aren, dan lebih kental. Kalau yang pernah makan soto Pak Marto atau soto Kadipiro di Jogja, nah kecapnya kurang lebih seperti itu. Karena gak di jual di sembarang tempat, makanya mumpung lagi di Kebumen aku beli kecap Tjap Kentjana ini agak banyak. Hehehe..

Nah setelah beli oleh-oleh, mas aku malah salah fokus sama warung makan yang gak jauh dari pusat oleh-oleh. Warung Makan Selera Anda, tempat makan perkambingan kesukaan kakak-kakaknya mama, termasuk kami juga. Sebenernya kami belum laper sih, cuma karena udah hampir makan siang dan kami gak ada rencana untuk mampir jajan sate ambil, yasudah kami masuklah ke warung tersebut. Gak tau deh timbangan udah geser berapa angka.

Menu yang selalu kami pesan adalah sop kambing dan sate kambing. Tapi karena laper mata dan kami belum pernah nyobain gule kambingnya, yah pesan lah 3 menu tadi. Gembul gembul deh!





Beruntungnya warung belum begitu rame, jadi gak butuh waktu lama untuk menunggu pesanan kami jadi. Pesanan pertama yang tersaji di meja adalah gule, isinya potongan jerohan, dan kuah gule yang encer tapi gurih. Lumayan lah rasanya, tapi tetep juaranya sih sate kambing sama sop kambingnya. Di warung tersebut, satenya disajikan tanpa tusuk sate, berbumbu kecap dan ada ulekan kacang yang ada di tepi piring. Dan pesanan kami yang ketiga adalah sop kambing. Rasanya gurih, gak bau amis atau prengus, dagingnya empuk dan gampang lepas dari tulangnya. Nikmat betul!

Setelah selesai makan, kami lanjut pulang lewat jalan Daendels atau jalur utara. Alhamdulillah jalannya lumayan bagus, gak ada lubang-lubang besar, cuma jalannya memang agak sedikit bergelombang di beberapa titik. Sekarang juga ada jalan alternatif baru, tapi kami gak lewat sana karena terlalu lurus dan sepi, takut ngantuk. Hehehe..

Sekian ceritaku saat jalan-jalan di Kebumen, semoga ada info yang berfaedah yang bisa di ambil.

Terimakasi sudah membaca!

Wednesday, 7 August 2019

Jalan-jalan di Purwokerto

Holla!

Apa kabar semua? Baik kan? Baik dong! Lama banget gak buka blog, padahal rajin ngeblog adalah resolusi tiap tahun. Bukan masalah sibuk juga sih, tapi adanya instagram dan twitter tuh bikin mager buka blog. Ini aja buka blog karena beberapa teman aku bilang kadang suka bolak-balik buka blog aku kalau lagi iseng. Ya terketuk lah hati hamba untuk ngeblog lagi..



Nah, jadi dua minggu lalu aku pergi ke Purwokerto bareng Mama, mas Yudha, Pakdhe, dan Uwa' aku dalam rangka main ke rumah kakak sepupuku yang merupakan anaknya Pakdhe dan Uwa' aku. Selain itu kami juga mau ke Cilacap karena Uwa' aku yang lain mau pergi haji. Anyway, aku baru tau ternyata naik kereta ke Purwokerto gak perlu beli tiket yg tujuan ke Jakarta ya. Murah sekali, kami pakai kereta Joglo Semar Kerto tiketnya cuma Rp 104.000,- sudah pakai kereta eksekutif pula. Tolong dimaklumi karena aku jarang sekali naik kereta, katrok akutuu...




Kami berangkat pagi-pagi sekali, pukul tujuh kurang kereta sudah berangkat. Perjalanan yang ditempuh selama kurang lebih 3 jam, lumayan cepat. Sampai di Purwokerto kami di jemput kakak sepupuku, makan siang di Bumbu Ireng Yu San, dan lanjut pulang untuk istirahat. Btw, entok goreng bumbu irengnya Yu San enak juga, porsinya banyak pula! Dan sorenya kami ke Cilacap, gak terlalu jauh juga ternyata dari Purwokerto, waktu yang ditempuh hanya 1 jam pakai mobil. Sesampainya di rumah Uwa', kami disuguh banyak makanan sampai kami yang rencana mau jajan di Cilacap jadi batal karena udah keenakan makan sampai kenyang, hehe. Sayangnya aku gak sempat foto-foto karena keasikan ngobrol. Jarang-jarang bisa kumpul begini, apalagi main ke Cilacap.

Mamaku, cantikku :)

Gak kerasa sudah malam sekali, kami memang gak berniat menginap jadinya malam itu juga kami balik ke Purwokerto.

Paginya kami mageeeer banget, rencana mau pulang hari itu juga diundur jadi keesokan hari. Ya gimana dong, jarang-jarang kami jauh dari warung karena biasanya tiap pagi grusa-grusu ngurusin buat warung, eh pagi itu kami gak ada kegiatan kecuali ngecek kelengkapan warung dari anak-anak. Nah, jeleknya karena kami mager kami jadi males mau cari sarapan. Sampai jam 10, akhirnya anakonda kami brutal minta makan alias lapeeer banget. Untung GoFood udah masuk ke Purwokerto, pesan makanan gak perlu pergi ke tempatnya. Terimakasih untuk Nadiem Makarin dan team, kalian memang penyelamat manusia-manusia berjiwa mager!

Pagi itu kami GoFood soto sokaraja, sayangnya aku lupa nih nama warungnya, pokonya yang punya banyak cabang deh. Kali itu adalah pertamanya aku makan soto sokaraja, kebetulan yang kami pesan soto daging dan babat. Isinya ada daging dan babat tentunya, tauge, kubis, bihun, ketupat, dan kuahnya itu loh..gurih-gurih nikmat! Oh ya yang bikin unik adalah sambelnya, pakai sambel kacang yang bikin kuahnya makin kaya rasa. Kalian cobain deh kalau main ke Purwokerto.

Setelah kenyang makan soto, siangnya beli tiket pulang di stasiun. Aku pikir karena hari biasa, pembelian tiket jadi gak terlalu ramai. Ternyata tidak, justru ramai sekali dan hampir aja gak dapat tiket pulang. Fyuuuh!



Sehabis beli tiket, kami mampir beli oleh-oleh di Pusat Oleh-oleh Tetap Asli di dekat Moro Mall. Dan ternyata di sana ada pabrik Nopia, snack khas dari Purwokerto. Setelah beli oleh-oleh, kami ditawari untuk lihat proses pembuatan nopia. Wah dengan senang hati dong!

Mino alias Mini Nopia

Untuk yang belum tahu, Nopia adalah snack khas Banyumas (selain tempe mendoan dan getuk goreng), bentuknya bundar, berwarna putih, dan teksturnya keras tapi kalu digigit dalamnya kopong dan ada isian  manis legit gula jawa. Nopia punya nama yang berbeda-beda, tergantung ukurannya. Yang berukuran besar namanya Nopia, yang ukurannya kecil namanya Mino alias Mini Nopia, dan yang bentuknya seperti bibir dan ada taburan biji wijennya namanya Toso. Nopia juga punya banyak rasa, ada original, pandan, durian, coklat, dan lain sebagainya.






Sayangnya aku gak bisa lihat proses pemanggangannya, tapi untungnya aku masih bisa lihat proses pemanasan alat pemanggangnya. Aku pikir pakai oven konvensional, ternyata memakai oven tradisional yang terbuat dari tanah liat yang berbentuk gentong besar yang dilapisi anyaman bambu. Sebelum dipakai, oven harus dipanaskan dulu dengan cara membakar kayu dan tempurung kelapa di dalamnya. Setelah kayu dan tempurung menjadi abu, sisa pembakaran dikeluarkan dengan cara menelungkupkan oven. Baru deh adonan nopia dipanggang dengan cara menempelkan adonan kesisi dalam oven, lalu ditutup dengan tampah sampai nopia dirasa matang. Unik ya!

Setelah membeli oleh-oleh, kami balik pulang. Belum sampai ganti baju, eh mas aku tiba-tiba nyeletuk "dek, GoFood Chicking yuk!". Astaga gembul kali loh. Aku tolak ajakannya? Tentu tidak! Hahaha..

Sumber https://www.instagram.com/chicking.purwokerto/

Kata temen mas Yudha yang anak Purwokerto, Chicking ini kono katanya rasanya mirip ayam goreng Al Baik; ayam goreng legend di Mekkah itu loh. Ya kenyataannya memang sih gak mirip, tapi sejujurnya rasanya enak banget, beda sama ayam goreng kebanyakan. Ada citarasa Timur Tengahnya dan nasinya pakai nasi briyani loh, pakai beras basmati juga. Terniat!

Karena Chicking ini baru aja masuk di Purwokerto, jadi belum gabung sama GoFood. Karena mas Yudha udah pengen banget tapi mager, akhirnya kakakku satu ini telpon Chicking. Dan dengan pedenya bilang "Mas, bisa gosend gak?". Diiyakan dong!

Jika Amerika punya McDonald's atau KFC, di Dubai ada Chicking yang terkenal. Konsepnya fast food dengan menu andalan ayam panggang (grilled chicken), meski ada juga ayam goreng tepung (fried chicken). Chicking didirikan tahun 2000 oleh pengusaha India, MR. A.K. Mansoor di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Resto bernuansa merah ini lalu membuka gerai di 8 negara lain dengan mengusung makanan halal sebagai keunggulan. (Sumber : Detik Food)

Chicking adalah Jaringan Internasional Resto Halal dari Dubai, Uni Emirat Arab yang secara historis dikonsepkan di Dubai. Gerai Chicking pertama kali didirikan pada tahun 2000 dan sejak saat itu Chicking telah berkembang menjadi sangat populer di lebih dari 15 negara dengan lebih dari 130 gerai, antara lain di Dubai, Oman, India, Afghanistan, Maldives, Ivory Coast, Pakistan, Malaysia,Indonesia, United Kingdom, Amsterdam (Belanda), Brunei, China, Australia dan New Zealand. (Sumber : Suara Purwokerto)

Untuk di Indonesia sendiri, Chicking sudah membuka beberapa gerai di Jakarta, Tangerang, Depok, Palembang, dan Purwokerto. Wah kira-kira kapan nih masuk ke Jogja? Kayaknya bakal masih lama, but who knows..

Dan malamnya, Mas Yudha ngajak makan (lagi) di Resto All You Can Eat. Kali itu ngajak Emil, salah satu ponakanku. Sejujurnya aku lupa nama tempat makannya, pokoknya grilling gitu deh. Tapi di Jogja juga ada yang enak loh, namanya Steak Addict. Uhukk, mampir ya kalau kalian ke Jogja :p

Sumber: Cinemapoetica


Sehabis makan, kami diajak nonton Stuber sama teman mas Yudha yang tinggal di Purwokerto. Yang menarik buat aku justru bukan filmnya, tapi malah tempat bioskopnya. Namanya Rajawali Cinema, satu-satunya bioskop lawas yang masih beroperasi di Purwokerto. Bioskop ini sudah beroperasi sejak tahun 1980an. Walaupun jadul, bioskop ini sudah modern loh. Yang membuat bioskop ini masih terasa jadul adalah penampakan gedung bioskop dari luar. Poster dan jadwal penayangan masih dilukis dengan cara manual, khas bioskop jaman dulu. Keren ya!

Keesokan paginya kami pulang ke Jogja, kembali ke rutinitas bolak-balik warung lagi demi cuan..dan berkah tentunya. Ah liburan singkat yang sangat menyenangkan dan mengenyangkan. Gak tau deh naik berapa kilo, yang jelas sih pipi menggembul. Hihi..

Sekian cerita yang nirfaedah ini, semoga ada hikmah yang bisa dipetik. Kalau gak ada yang dipetik, ya terima kasih sudah membaca deh :p

Have a nice day!