Monday 10 April 2017

Cerita Pagi: "Gak Perlu Sekolah Tinggi-tinggi Buat Jadi Tertib"


Selamat pagi..

Cerita ini berawal dari perjalananku dari apartment ke Stasiun Gambir minggu lalu. Aku naik GoCar dengan sopir bernama Pak Aseng. Diawal perjalanan kami saling diam karena aku bukan tipikal yang langsung membuka pembicaraan dan Pak Aseng sepertinya agak kesal karena aku keluar agak lama karena "kena macet" lift.

Sampai diperempatan ada pengendara motor yang ngawur, belok kanan tanpa liat kiri kanan dulu. Tiba-tiba Pak Aseng nyeletuk "Astaga, belok ya liat kiri-kanan dulu toh. Udah gak pake sen, beloknya ke tepian kanan pula. Duh". "Wah iya ya pak, keburu-buru. Mungkin anaknya udah telat sekolahnya", kataku. Pak Aseng geleng-geleng kepala. "Ya kalau keburu-buru semua juga buru-buru pengen cepet sampai mbak. Tapi itu loh yang saya heran, gak tertibnya itu. Bawa anak pula..". Beliau diam sebentar. "Saya heran orang-orang pengen Jakarta gak macet, tapi merekanya sendiri gak tertib. Jadi tertib gak harus pinter-pinter banget kok. Gak perlu sekolah tinggi-tinggi buat jadi tertib..".

Jleb! Kata-kata itu kayak nancep banget di kepala. Dan ya, jadi tertib gak perlu sekolah tinggi-tinggi, cukup dengan kesadaran diri sendiri. Solusi kemacetan Jakarta adalah ketertiban warganya. Jadi kalau ingin perubahan yang besar kita harus merubah diri kita sendiri dahulu. Bukan perkara yang "besar" yang perlu dibenahi, tetapi yang "kecil" dulu yang perlu dibenahi.

Dan mungkin ini yang menjadi sebab kenapa perubahan besar dalam hidup belum juga terwujud. Semoga kita bisa berubah menjadi tertib dan disiplin ya demi masa depan yang lebih baik :)

No comments:

Post a Comment